العقيدة وفيها ستة أبواب: الباب الأول: الإيمان بالله، والباب الثاني: الإيمان بالملائكة، والباب الثالث: الإيمان بالكتب، والباب الرابع: الإيمان بالرسل، والباب الخامس: الإيمان باليوم الآخر، والباب السادس: الإيمان بالقضاء والقدر
Iman bagi Ahlussunnah terdiri dari enam rukun yang wajib diketahui dan diketahui. Hal ini didasarkan pada hadits yang masyhur (terkenal) tentang kedatangan Malaikat Jibril -alaihissalam- kepada Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- untuk mengajarkan para shahabat yang hadir tentang iman.
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه، قال رجل: أخبرني عن الإيمان، فقال الرسول صلى الله عليه وسلم: أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره. قال: صدقت
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab -radhiyallahu 'anhu- bahwa seorang laki-laki (Jibril yang mewujud manusia) berkata, "Beri tahu aku tentang iman!", lalu Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda, "(Iman itu) kamu meyakini Allah Ta'ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan meyakini keputusan dan ketetapan-Nya yang baik maupun yang buruk", lalu orang itu menjawab, "kamu benar". [1]
ENAM RUKUN IMAN
- Iman kepada Allah Ta'alaMengimani Allah sebagai Tuhan yang ada sebagai penguasa dan memiliki kekuatan untuk melakukan segala hal yang Dia kehendaki; mengimani-Nya sebagai satu-satu Dzat yang hanya bisa disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan mengimani setiap nama dan sifat-Nya yang terdapat pada Qur'an dan Sunnah Nabi-Nya tanpa tahrif, ta'wil, tasybih, takyif, dan ta'thil.
- Iman kepada MalaikatMengimani bahwa mereka ada dengan jumlah yang tidak terhitung oleh manusia; mengimani bahwa mereka adalah makhluk yang diciptakan dengan ketaatan pada Allah; mengimani kedudukan mereka yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya; dan mengimani bahwa mereka memiliki tugas yang agung yang diberikan oleh Allah pada mereka.
- Iman kepada Kitab-Kitab SuciMengimani bahwa itu semua merupakan wahyu yang datang dari Allah Ta'ala untuk para Rasul-Nya; mengimani bahwa kitab-kitab samawiy merupakan petunjuk yang diturunkan untuk setiap hamba-Nya; mengimani bahwa kitab-kitab suci sebelum Qur'an telah berubah isinya atau hilang; dan mengimani Qur'an sebagai kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah Ta'ala.
- Iman kepada Para Nabi dan RasulMengimani keberadaan mereka yang pernah hidup membawa nubuat dan risalah; mengimani mereka dengan jumlah yang banyak; mengimani mereka sebagai utusan pembawa agama tauhid dengan syariat yang berbeda-beda di setiap rasul-Nya; mengimani mereka sebagai manusia biasa tanpa kekhususan uluhiyyat (patut disembah) dan rububiyyat (patut dituhankan); mengimani bahwa mereka memiliki kedudukan yang berbeda-beda dan Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam- sebagai nabi dan rasul yang paling agung; mengimani mukjizat mereka yang diberikan Allah pada mereka; dan mengimani kesucian (ma'shum) mereka dari setiap dosa.
- Iman kepada Hari AkhirMengimani setiap tanda-tanda hari kiamat yang datang dari dalil-dalil yang shohih; mengimani kedatangan hari kiamat; mengimani alam kubur; mengimani hari hisab dan ditimbangnya setiap amalan manusia; mengimani syafa'at; dan mengimani adanya surga dan neraka sebagai tempat terakhir manusia.
- Iman kepada Qadha (Ketetapan) dan Qadar (Takdir)Mengimani bahwa setiap yang terjadi di dunia ini telah Allah tentukan arah dan tujuannya; mengimani bahwa Allahlah yang mengatur segalanya di dunia dan di akhirat; dan mengimani setiap apa yang menimpa muslim merupakan takdir yang selalu ada hikmahnya.
Inilah hal-hal yang ada dalam setiap rukun iman yang wajib muslim yakini. Tentunya, hal-hal ini masih bersifat umum yang perlu diperinci agar keimanan kita benar adanya. Insyaallah, hal-hal ini pula yang akan dijelaskan pada stiap postingan berikutnya.
Syaikh Dr. Khalid al-Juhani, salah satu murid senior Syaikh Wahid Abdussalam Baliy dalam syarah-nya menjelaskan, "Ini (rukun iman) merupakan fondasi yang mengikat kuat antara satu dengan yang lainnya, (keenamnya) tidak bisa dipisahkan. Barang siapa yang megingkari (kufur) terhadap salah satunya saja, maka dia telah mengingkari (kufur) terhadap seluruhnya. Maka, tidak dikatakan seseorang itu beriman (mukmin), kecuali dia mengimani seluruhnya." [2]
---------------------------------------------
- [1] HR. Muslim No. 8, shohih.
- [2] Syarah al-Bidayah fi al-'Aqidah: al-Kalimat as-Sadidat, hlm. 87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar