Dua Jenis Penuntut Ilmu Agama - Kang Ali

Breaking

Akidah • Fikih • Tazkiah • Opini

Minggu, 14 Juli 2019

Dua Jenis Penuntut Ilmu Agama

Pertama
, penuntut ilmu agama (thālib) yang hanya mempelajari ilmu praktis, seperti ilmu 'aqīdah, fiqhtafsīrsīrah, dan tazkiyatunnafsThālib seperti ini biasanya hanya mengikuti kajian pekanan di setiap masjid atau di rumah-rumah tertentu. Biasanya, kajian dihadiri oleh kalangan umum. Thālib dalam kategori seperti ini tidak diperkenankan mengupas tuntas ilmu agama terlalu dalam, apalagi mengkritik atau membantah fatwa-fatwa ulama (fatāwā) yang menyelisihi pendapatnya, kecuali bila ia mengutip pendapat dari orang yang paham ilmu agama. Ilmu yang dia dapat hanya untuk pedoman dirinya, bila pun ingin berbagi ilmu dengan orang lain atau menasehati keluarga dan kerabat, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: 1) mempersiapkan materi dari sumber terpercaya, dan 2) mencantumkan sumber, atau 3) arahkan objek dakwah (mad'uw) untuk melihat buku, situs, channel, atau akun media sosial dari ulama yang terpercaya agar terhindar dari kelalaian bicara tanpa ilmu.

Kedua, penuntut ilmu agama yang tidak hanya mempelajari ilmu praktis, namun juga belajar ilmu ālāt (ushūlul fiqh, mushthalahul hadīts, ushūlut tafsīr, mantiq, allughatul 'arabiyyah, nahwu, sharf, balāghah, tajwīd, 'ulūmul qur'ān, dll). Ilmu ālāt menjadikan pelajarnya tahu bagaimana proses para ulama merumuskan banyak hukum syarī'ah. Thālib seperti ini biasanya belajar di pesantren atau belajar di program studi keislaman perguruan tinggi tertentu. Dia dipersiapkan untuk menjadi ulama. Penuntut ilmu seperti ini memiliki tingkat pemahaman di atas orang awam dan memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda tentang syarī'ah sesuai dengan level kitāb yang dipelajarinya. Bila sudah mempelajari beberapa kitāb yang levelnya tinggi dan mempelajari banyak pendapat ulama, maka dia berhak melakukan tarjīh (menentukan pendapat yang benar -menurutnya- dari banyak pendapat ulama dengan disertakan dalil), bahkan sampai pada level kritik-mengkritik.

Ada di manakah posisi kita? Bila sudah tahu posisi diri kita, maka sesuaikanlah berbicara tentang ilmu sesuai kategori di atas. Bārakallāhu fīkum.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar