Mengaku Inshaf (Pertengahan), tapi Rasa Kelompok Sebelah - Kang Ali

Breaking

Akidah • Fikih • Tazkiah • Opini

Rabu, 08 Maret 2023

Mengaku Inshaf (Pertengahan), tapi Rasa Kelompok Sebelah


Komentar sebagian netizen kalo liat postingan ikhtilaf pendapat ulama:


"Jangan buat gaduh negeri ini! Jangan ngerasa bener sendiri! Kita ini muslim. Kita harus bersatu. Ini perkara ikhtilaf alias yang diselisihin sama ulama. Saling hormatin aja!"


🙄 Lah, gimana ikhtilaf mau disebut ikhtilaf, kalo pendapat yang beda dilarang muncul? Ya logikanya, suatu pekara bisa disebut ikhtilaf kalo ada minimalnya 2 pendapat berbeda yang terus terpelihara. Agar terus terpelihara, setiap pendapat harus terus disebarkan dan diwariskan. Kalo doi larang penyebaran sebagian pendapat, sama aja doi larang ikhtilaf dong. Ini namanya upaya ngehapus sebagian pendapat yang berselisih biar gak ada lagi kata ikhtilaf.


Sebenernya gak ada masalah dengan keinginan ilangnya pendapat lawan dari muka bumi hahaha. Pasti tiap kubu maunya begini. Pengennya umat ikut pendapatnya. Yang jadi masalah itu kalo ngerasa (sok) inshof, tapi galaknya ke salah satu kubu aja, tanpa galak ke kubu lainnya.


Berinshof emang gak mesti abstain (gak berpihak), silakan aja berpihak dan memilih pendapat mana yang tepat, tapi yang namanya munshif (orang yang inshof), ya harusnya berlapang dada dengan pendapat lawan yang terus disebarkan. Kalo gak setuju kan gampang, tinggal bantah aja argumennya, bukan ngelarang orang nyebarin pendapatnya di lapak umum, apalagi kalo lapaknya emang punya dia sendiri.


Gentle aja dengan bilang, "ini pendapat salah" atau "ada pendapat lain yang lebih kuat". Serius akhi, lebih keliatan terhormat orang yang nunjukin keberpihakannya secara jelas pada salah satu pihak tanpa basa-basi pada pendapat lawan, daripada sok pertengahan tapi rasa pihak sebelah. Kesannya kayak serigala berbulu domba. 😅


Adapun urusan persatuan, ukhuwwah, damainya negara, de el el, menurut gua yang salah itu sikap netizen ngerespon ikhtilaf, bukan ikhtilafnya itu sendiri. Coba kalo direspon dengan kepala dingin, pasti adem. Coba kalo direspon dengan ilmiah, pasti bermanfaat dan nambah wawasan. Coba kalo direspon dengan adab, pasti bahasa yang keluar santun tanpa anarki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar