Macam-Macam Air Menurut Fikih - Kang Ali

Breaking

Akidah • Fikih • Tazkiah • Opini

Minggu, 07 Januari 2018

Macam-Macam Air Menurut Fikih


Peran air begitu penting bagi kehidupan manusia. Hampir 79 % isi geografis bumi ini merupakan air. Tanpa air, manusia tidak akan berlangsung hidup. Dalam ilmu fiqh, air merupakan komponen vital bagi beberapa ibadah. Air dibahas dalam bab pertama ilmu fiqh, yaitu bab Thoharoh (bersuci). Pembahasan ini merujuk pada ilmu fiqh dari syaikh syafi'iy (pengikut madzhab Imam Syafi'i).

Ilmu Fiqh membagi air ke dalam tiga golongan:
  1. Air Suci-Menyucikan (Muthohhir atau Thohur)

    Jenis ini merupakan hukum asal dari air. Sejatinya, pada dasarnya air itu asalnya menyucikan. Air tidak akan menyucikan lagi bila ada sesuatu yang mengubahnya dari faktor warna, bau, dan rasa. Air ini adalah air murni langsung dari alam tanpa campuran zat tertentu. Fungsi air ini digunakan untuk bersuci, seperti wudhu, mandi, istinja', dan air untuk ruqyah syar'iyyah. Contoh air ini adalah
    • air hujan,
    • air laut,
    • air sungai,
    • air sumur,
    • air dari mata air, dan
    • air salju

    Allah subhanah wata'ala berfirman
    وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ (الأنفال : 11)
    "Dan Kami turunkan kepada kalian air dari langit untuk menyucikan kalian" (QS. Al-Anfal: 11)

    Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda
    هو الطهور ماؤه الحلّ ميتته (رواه أبو داود والترمذي)
    "Airnya (laut) menyucikan dan halal bangkainya" (HR. Abu Daud dan Attirmidziy)
     
  2.  Air Suci - Tidak Menyucikan (Thohir)

    Air ini hukumnya suci, namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, seperti: air bekas mandi atau wudhu, jus, kopi, jamu, sirup, cairan kimia, dll. Air ini tidak bisa digunakan untuk berwudhu, mandi, istinja'. Hanya aman dikonsumsi atau digunakan untuk keperluan di luar ibadah.

  3. Air Najis (Najis atau Mutanajjis)

    Air ini bukan hanya tidak bisa dipakai untuk wudhu, mandi, istinja', minum, melaikan juga tidak boleh melekat di tubuh manusia. Air ini biasanya tercampur dengan sesuatu yang najis, seperti kotoran makhluk hidup -kecuali beberapa hewan, itupun masalah ikhtilaf-, air liur anjing, darah yang banyak, dll.

    Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda

    إنّ الماء لا ينجّسه شيء إلا ما غلب على ريحه وطعمه ولونه
    "Sesungguhnya air itu tidak ada yang menajiskannya, kecuali bila ada perubahan bau, rasa, dan warnanya" (Sunan Ibn Majah no 514. Hadits ini dho'if menurut Abu Hatim dan Nashiruddin Al-Albaniy, namun hasan menurut Attirmidzi).

    Bila air terkena najis dan berat air kurang dari qullatain (sekira 193 - 204 kg atau Liter air), maka
      air itu najis hukumnya, baik najisnya sedikit apalagi banyak, baik najis itu kering apalagi basah. Bila air terkena najis dan seberat qullatain atau lebih dari itu, selagi belum berubah wana, bau, dan rasanya, maka air itu thohir (suci).

    Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda

    إذا بلغ الماء قلّتين لم ينجّسه شيء
    "Apabila air mencapai qullatain, air tersebut tidaklah najis" (HR. Abu Daud, Attirmidzi, Annasa'i, Asysyafi'iy, dan Ibn Majah, Hadits ini hasan).


Inilah tiga jenis air yang harus muslim pahami kegunaannya karena air merupakan syarat utama untuk thoharoh (bersuci), dan thoharoh menjadi syarat sah beberapa ibadah dalam agama Islam. Semoga bermanfaat. Barokallahu fikum.

Sumber: 
Azzuhailiy, Muhammad. 2011. Al-Mu'tamad fi Al-Fiqh Asy-Syafi'iy. Beirut: Dar El-Qolam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar