FAA 003: Berbakti pada Orang Tua - Kang Ali

Breaking

Akidah • Fikih • Tazkiah • Opini

Selasa, 12 Desember 2023

FAA 003: Berbakti pada Orang Tua


Berbicara bahasan akhlak dan adab, tentu tidak akan terlepas pada pembahasan Birrul Wālidain (bakti pada orang tua). Birrul wālidain memiliki kedudukan yang sangat agung. Menurut Syaikh Dr. Abdurrazaq al-Badr di dalam kitabnya Ahāditsul Akhlāq, beliau menjelaskan bahwa karena kedudukan agung inilah, Imam Bukhari menjelaskan tentang birrul wālidain dengan bab-bab yang sangat banyak di dalam kitabnya, Adabul Mufrad. Orang tua merupakan manusia yang paling berhak untuk diperlakukan dengan adab dan akhlak mulia.

Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan di dalam Qur'an dan Hadits betapa agungnya kedudukan orang tua dan bagaimana kita harus memperlakukan keduanya. Begitu juga dengan banyaknya riwayat kisah para sahabat Nabi ﷺ yang menjadi teladan baik untuk umat Islam setelahnya dalam berbakti kepada orang tua.

KEDUDUKAN BIRRUL WĀLIDAIN SELALU DISEJAJARKAN DENGAN TAUHĪDULLĀH

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. [1]

قُلۡ تَعَالَوۡاْ أَتۡلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمۡ عَلَيۡكُمۡۖ أَلَّا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗاۖ 

Katakanlah (Muhammad), “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada kedua orang tua. [2]

وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـٔٗاۖ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua. [3]

Dari ketiga ayat di atas, Allah menjelaskan perintah tauhīdullāh (mengesakan Allah) dengan diikuti perintah birrul wālidain (berbakti pada orang tua). Perkara tauhid merupakan perkara yang paling agung dan utama dalam agama ini karena itu merupakan bagian dari keimanan atau akidah. Maka wajarlah para ulama mengategorikan birrul wālidain sebagai perkara yang agung juga dalam kehidupan seorang muslim.

ALASAN ORANG TUA MENDAPAT PERHATIAN LEBIH DALAM BAB ADAB DAN AKHLAK

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Akulah kembalimu. [4]

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ إِحۡسَٰنًاۖ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ كُرۡهٗا وَوَضَعَتۡهُ كُرۡهٗاۖ وَحَمۡلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهۡرًا

Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan. [5]

Dari kedua ayat di atas, dijelaskan bahwa kita bisa lahir dan hidup di dunia ini berkat perjuangan orang tua kita, terutama ibu kita yang telah bersusah payah mengandung, menyusui, dan mengasuh kita hingga layak hidup di dunia ini. Bila orang lain saja yang tidak membiayai dan mengurus kita, kita harus hormati, maka apalagi kedua orang tua kita.

TERMASUK DERETAN AMALAN YANG PALING UTAMA

وعن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أنه قال: سألت النبي ﷺ: أي العمل أحب إلى الله عز وجل؟ قال: الصلاة على وقتها. قلت: ثم أي؟ قال: ثم بر الوالدين. قلت: ثم أي؟ قال: ثم الجهاد في سبيل الله. متفق عليه.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Aku pernah bertanya pada Nabi ﷺ, 'perbuatan apakah yang paling dicintai Allah Azza Wajalla?'. Rasulullah ﷺ menjawab, 'Shalat tepat waktu'. Aku berkata, 'Kemudian apalagi?'. Beliau ﷺ menjawab, 'Berbakti pada orang tua'. Aku berkata, 'Kemudian apalagi?'. Beliau ﷺ menjawab, 'Jihad di jalan Allah'." [6]

Di dalam hadits ini, dijelaskan betapa kuatnya keingintahuan para sahabat Nabi ﷺ tentang amalan yang memiliki keutamaan dan juga keingintahuan mereka amalan apa yang bisa mendatangkan kecintaan Allah. Hal ini muncul karena kuatnya kecintaan para sahabat pada suatu kebaikan, hingga akhirnya mereka mendapatkan cinta Allah.

TOLOK UKUR KERIDHAAN ALLAH PADA MANUSIA DENGAN BIRRUL WĀLIDAIN

وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما، عن النبي ﷺ قال: رضى الرب في رضى الوالدين وسخط الله في سخط الوالدين.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma bahwasanya Nabi ﷺ pernah bersabda, "Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan orang tua." [7]

Di dalam hadits ini, kita bisa mengukur keridhaan Allah pada kita dengan melihat keridhaan orang tua pada kita. Bila orang tua kita ridha pada kita, maka Allah telah ridha pada kita, tapi bila orang tua kita murka pada kita, berarti Allah sedang murka pada kita. Hal ini hanya berlaku pada hal-hal yang baik atau hal-hal yang hukumnya mubah (boleh).

Namun apabila keridhaan orang tua pada sesuatu yang sudah jelas kemungkarannya, maka keridhaan orang tua tidak mewakili keridhaan Allah Ta'ala dan jangan ditaati. Allah Ta'ala berfirman,

وَإِن جَٰهَدَاكَ عَلَىٰٓ أَن تُشۡرِكَ بِي مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٞ فَلَا تُطِعۡهُمَاۖ وَصَاحِبۡهُمَا فِي ٱلدُّنۡيَا مَعۡرُوفٗا

Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempuyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. [8]

IBU MEMILIKI KEDUDUKAN YANG LEBIH TINGGI DIBANDING AYAH DALAM BIRRUL WĀLIDAIN

وعن بهز بن حكيم، عن أبيه، عن جده قال: قلت: يا رسول الله، من أبرّ؟ قال: أمك. قال: قلت: ثم من؟ قال: أمك. قال: قلت: ثم من؟ قال: أمك. قال: قلت: ثم من؟ قال: ثم أباك، ثم الأقرب فالأقرب.

Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, beliau berkata, "Wahai Rasulullah ﷺ siapakah yang harus lebih dimuliakan? Rasulullah ﷺ menjawab, 'Ibumu'. Aku berkata, 'Lalu siapa?'. Rasulullah ﷺ menjawab, 'Ibumu'. Aku berkata, 'Lalu siapa?'. Rasulullah ﷺ menjawab, 'Ibumu'. Aku berkata, 'Lalu siapa?'. Rasulullah ﷺ menjawab, 'Ayahmu lalu kerabat terdekat'." [9]

Meski ibu memiliki kedudukan yang lebih kuat dalam birrul wālidain, tapi bukan berarti mencampakkan kedudukan seorang ayah. Bahkan, Nabi ﷺ memerintahkan kita agar berbakti bukan hanya pada kedua orang tua kita, melainkan juga pada kerabat keluarga yang kedudukannya dekat dengan ayah dan ibu, seperti paman dan bibi.

قال النبي ﷺ: الخالة بمنزلة الأم

Nabi ﷺ bersabda, "saudari ibu (bibi atau tante dari ibu) sederajat dengan kedudukan seorang ibu." [10]

GANJARAN PADA SESEORANG YANG BERBAKTI PADA ORANG TUA

وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال: ما من مسلم له والدان مسلمان يصبح إليهما محسنا، إلا فتح له الله بابين -يعني من الجنة- وإن كان واحدا فواحد، وإن أغضب أحدهما لم يرضَ الله عنه حتى يرضى عنه، قيل: وإن ظلماه؟ قال: وإن ظلماه.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Tidaklah seorang muslim yang memiliki dua orang tua muslim berbuat baik kepada keduanya, melainkan Allah bukakan untuknya dua pintu (dari surga). Aapabila orang tuanya tinggal satu orang, maka baginya satu pintu surga. Apabila dia membuat satu dari keduanya marah, tidaklah Allah ridha kepadanya sampai orang tuanya ridha kepadanya. Kemudian ada yang bertanya, 'meskipun mereka berdua menzhaliminya?'. Ibnu Abbas menjawab, 'ya, meskipun mereka berdua menzhaliminya'." [11]

وعن أبي الدرداء رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: الوالد أوسط أبواب الجنة، فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه.

Dari Abu Darda radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Aku pernah mendengar Nabi ﷺ berkata, "Orang tua merupakan pintu surga yang paling tengah -yaitu yang paling baik-, maka terserah dirimu; ingin menyia-nyiakan pintu itu atau ingin menjaganya." [12]

KEDUDUKAN BIRRUL WĀLIDAIN LEBIH TINGGI DARI KEDUDUKAN HIJRAH DAN JIHĀD FĪ SABĪLILLĀH

وعن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: جاء رجل إلى النبي ﷺ يبايعه على الهجرة، وترك أبويه يبكيان، فقال: ارجع إليهما، وأضحكهما كما أبكيتهما.

Dari Abdullah bin Amar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Seorang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ untuk membaiatnya saat hijrah. Dia meninggalkan kedua orang tuanya sambil menangis. Maka, Nabi ﷺ berkata, 'kembalilah pada orang tuamu, buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu membuat mereka menangis'." [13]

وعن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: جاء رجل إلى النبي ﷺ يستأذنه في الجهاد فقال: أحي والداك؟ قال: نعم، قال: ففيهما فجاهد.

Dari Abdullah bin Amar radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata, "Seorang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ meminta izin untuk berjihad. Nabi ﷺ berkata, 'apa kedua orang tuamu masih hidup?'. Laki-laki itu menjawab, 'ya'. Nabi ﷺ berkata, 'berjihadlah untuk keduanya'." [14]

Ibnu Hajar al-'Asqalani rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "berjihadlah untuk keduanya" adalah apabila kamu masih memiliki kedua orang tua, maka bersungguh-sungguhlah untuk berbakti dan berbuat baik kepada keduanya karena hal itu sepadan dengan berperang melawan musuh. [15]

وعن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه: أن رجلا هاجر إلى رسول الله ﷺ من اليمن فقال: هل لك أحد باليمن؟ قال: أبواي، قال: أذنا لك؟ قال: لا، قال: ارجع إليهما فاستأذنهما، فإن أذنا لك فجاهد، وإلا فبرهما.

Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwasanya ada seorang laki-laki menemui Rasulullah ﷺ dari Yaman (untuk ikut berjihad), maka Nabi ﷺ berkata, "Apakah kamu punya seseorang di Yaman?". Laki-laki ini menjawab, "Kedua orang tua". Nabi ﷺ berkata, "Apakah keduanya mengizinkanmu?". Laki-laki itu berkata, "Tidak". Nabi ﷺ berkata, "Kembalilah kepada orang tuamu, lalu mintalah izin dari mereka, apabila mengizinkan, maka pergilah berjihad, apabila tidak mengizinkan, maka berbaktilah pada keduanya". [16]

وعن معاوية بن جاهمة السلمي: أن جاهمة رضي الله عنه جاء إلى النبي ﷺ فقال: يا رسول الله، أردت أن أغزو، وقد جئت أستشيرك. فقال: هل لك من أم؟ قال: نعم، قال: فالزمها، فإن الجنة تحت رجليها.

Dari Muawiyah bin Jahimah as-Sulami, bahwasannya Jahimah radhiyallahu 'anhu datang kepada Nabi ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang, maka dari itu saya datang untuk memusyawarahkannya denganmu. Nabi ﷺ berkata, "Apakah kamu memiliki ibu?". Jahimah berkata, "Ya". Nabi ﷺ berkata, "Berbaktilah padanya, sesungguhnya surga di bawah kedua kakinya". [17]

KISAH ABU HURAIRAH BERSAMA IBUNYA

Kisah Abu Hurairah menjadi inspirasi dalam berbakti pada orang tua, terkhusus ibunya. Kisah beliau menunjukkan bahwa betapa besar cintanya untuk ibunya. Allah Ta'ala menjadikan beliau sebab keislaman ibunya. Beliau selalu berusaha untuk mengislamkan ibunya. Abu Hurairah merasa sedih karena ibunya begitu kukuh mempertahankan kekufurannya, bahkan mengatakan sesuatu yang menyakitkan tentang Nabi ﷺ, tapi beliau tetap berusaha mengislamkan ibunya dengan lembut. [18]

Dikisahkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata, "Pernah suatu kali aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Pada saat itu ibuku adalah seorang musyrikah. Pada saat aku mendakwahinya, ibuku mengatakan sesuatu tentang Nabi ﷺ yang begitu menyakitiku. Maka aku temui Nabi ﷺ sambil menangis, lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah mengajak ibuku agar masuk Islam, tapi dia menolakku hingga pada suatu saat ketika aku mendakwahinya, dia mengatakan sesuatu yang aku benci. Maka, tolong berdoalah pada Allah agar ibu Abu Hurairah mendapatkan hidayah'. Maka Nabi ﷺ berkata, 'Ya Allah, berilah hidayah ibu Abu Hurairah'."

"Lalu, aku pergi dalam keadaan senang karena doa yang dipanjatkan oleh Nabi ﷺ. Ketika aku pulang dan menghampiri pintu, dan ternyata pintunya tertutup, dan ibuku mendengar suara langkahku, lalu beliau berkata, 'Diamlah di tempatmu, wahai Abu Hurairah'. Lalu aku mendengar suara tumpahan air. Kemudian, ibuku mandi, berpakaian, dan bergegas mengenakan kerudungnya. Lalu, beliau membuka pintu sambil berkata, 'Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya'."

"Aku pun kembali kepada Rasulullah ﷺ, lalu aku mendatangi beliau ﷺ sambil menangis gembira.Aku berkata, 'Wahai Rasulullah bergembiralah, Allah telah mengabulkan doamu dan telah memberikan hidayah kepada ibu Abu Hurairah'. Kemudian beliau ﷺ memuji Allah, menyanjungnya, dan mengucapkan hal yang baik. Aku berkata, 'Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar menjadikanku dan ibuku mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan mereka mencintai aku dan ibuku'. Maka, Rasulullah ﷺ berkata, 'Ya Allah jadikanlah hambamu ini -yaitu abu Hurairah- dan ibunya mencintai para hamba-Mu yang beriman, dan jadikanlah hamba-hamba-Mu yang beriman agar mencintai mereka'. Maka tidaklah ada seorang mukmin yang diciptakan dan ia mendengar atau melihatku, melainkan ia mencintaiku'." [19]

Masih banyak lagi atsar salaf tentang berbakti pada kedua orang tua, tapi kami cukupkan dengan ayat, hadits, atsar, dan penjelasan ulama di atas. Kedudukan bab birrul wālidain sangat tinggi dalam bahasan tazkiyatunnafs. Semoga kita semua bisa berbakti pada orang tua kita dan menjadi kebanggaan mereka berdua.

============================

  • [1] Surat Al-Isra': 23
  • [2] Surat Al-An'am: 151
  • [3] Surat An-Nisa': 36
  • [4] Surat Luqman: 14
  • [5] Surat Al-Ahqaf: 15
  • [6] HR. Bukhari No. 527 & 5970 dan Muslim No. 85.
  • [7] HR. Tirmidzi No. 1899.
  • [8] Surat Luqman: 15
  • [9] HR. Abu Daud No. 5139 dan Tirmidzi No. 1897.
  • [10] HR. Bukhari No. 4251 & 2699.
  • [11] Adabul Mufrad karya Imam Bukhari.
  • [12] HR. Tirmidzi No. 1900.
  • [13] HR. Abu Daud No. 2528.
  • [14] HR. Bukhari No. 3004 dan Muslim No. 2549.
  • [15] Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-'Asqalani.
  • [16] HR. Ahmad No. 11721 dan Abu Daud No. 2530.
  • [17] HR. Nasa'i No. 3104 dan Abu Daud No. 2530.
  • [18] Kitab Ahaditsul Akhlaq karya Sy. Abdurrazaq al-Badr.
  • [19] HR. Muslim No. 2491.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar