Telah berlalu penjelasan mengenai definisi Tauhid secara umum, bisa dicek di artikel kami sebelumnya yang berjudul FBA 002: Tiga Jalan Mengesakan Allah Ta'ala. Kini, kami akan menjelaskan detail ringkas dari masing-masing ketiga jalan mengesakan Allah Ta'ala ini.
Secara bahasa, kata "Rububiyyah" (ربوبيّة) diambil dari kata kerja bahasa arab "rababa" (رَبَبَ) dan kata utamanya adalah "rabb" (رَبٌّ). Rububiyyah merupakan salah satu sifat Allah ﷻ yang diambil dari kata rabb dengan makna "Penguasa" (المالك), "Tuan yang ditaati" (السيد المطاع), dan "Pembaharu" atau "yang Memperbaiki" (المصلح). [1]
Secara istilah, Tauhid Rububiyyah adalah mengesakan Allah ﷻ dengan cara mengetahui dan meyakini bahwa Dia adalah Pencipta, Pengatur, Penguasa semesta alam satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya. [2]
Banyak hal yang bisa dilakukan Allah ﷻ, di antaranya mencipta, memberi rezeki, menguasai, memberi makan, mendesain, memberi, melarang, memberi manfaat, memberi bahaya, menghidupkan, mematikan, mengatur, menentukan takdir, dan masih banyak lagi kemampuan Allah ﷻ, tiada satu pun yang mampu menandingi-Nya. [3]
DALIL TAUHID RUBUBIYYAH
Banyak sekali dalil yang menunjukkan Tauhid Rububiyyah dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, bahkan dalil akal pun menguatkan eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Kami sertakan sebagian kecil saja.
قال الله ﷻ: خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ بِغَیۡرِ عَمَدࣲ تَرَوۡنَهَاۖ وَأَلۡقَىٰ فِی ٱلۡأَرۡضِ رَوَ ٰسِیَ أَن تَمِیدَ بِكُمۡ وَبَثَّ فِیهَا مِن كُلِّ دَاۤبَّةࣲۚ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ مَاۤءࣰ فَأَنۢبَتۡنَا فِیهَا مِن كُلِّ زَوۡجࣲ كَرِیمٍ
Allah ﷻ berfirman, "Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik." [4]
قال الله ﷻ: قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِی ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَاۤءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَاۤءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَاۤءُۖ بِیَدِكَ ٱلۡخَیۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرࣱ
Allah ﷻ berfirman, "Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." [5]
قال النبي ﷺ: السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
Nabi ﷺ bersabda, "Allahlah -Tabaraka wa Ta'ala- sang Maha Kuasa." [6]
قال النبي ﷺ: وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتْ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ
Nabi ﷺ bersabda, "Ketahuilah, bahwa seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, niscaya mereka tidak akan mampu memberimu manfaat apa pun selain apa yang telah Allah takdirkan untukmu. Dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka tidak akan mampu membahayakanmu sama sekali kecuali apa yang telah Allah takdirkan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering (takdir telah ditetapkan -pent)." [7]
Akal pun mampu menunjukkan eksistensi (keberadaan) Allah ﷻ yang memiliki kerububiyyahannya dan juga kesempurnaan kemampuan-Nya. Hal ini dapat kita pelajari dan dipikirkan dari setiap tanda-tanda kekuasaan-Nya di dunia ini yang menunjukkan ketuhanan Allah ﷻ. Setidaknya, ada dua pengamatan yang bisa kita lakukan,
1. Dilālah al-Anfus (دلالة الأنفس)
Ini adalah pengamatan tanda ketuhanan Allah dalam penciptaan diri atau jiwa. Eksistensi diri merupakan tanda agung adanya Dzat (Sesuatu) yang memunculkannya atau menciptakannya. Allah ﷻ berfirman, "Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?" [8]. Kemudian Allah ﷻ berfirman dalam surah lainnya, "Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya". [9]
Bila setiap manusia mengamati lebih dalam tentang eksistensi dirinya dan apa yang ada di dalamnya, tentu hal ini akan membimbingnya bahwa dirinya memiliki Rabb Pencipta yang Maha Bijak lagi Maha Mengetahui karena manusia tidak akan mampu menciptakan sperma yang berproses menjadi segumpal darah, lalu dari segumpal darah menjadi segumpal daging, lalu dari segumpal daging menjadi tulang, dan tulangnya dilapisi daging.
2. Dilālah al-Āfāq (دلالة الآفاق)
Ini adalah pengamatan tanda ketuhanan Allah dalam penciptaan penjuru alam (semesta alam). Eksistensi alam semesta ini (langit, bumi, matahari, bulan, planet-planet, bintang, gunung, laut, dll) merupakan tanda adanya satu Kekuatan yang mampu mengadakannya dari ketiadaan menjadi wujud yang dapat dirasakan.
Allah ﷻ berfirman, "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur`ān itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" [10]
Dalam sebuah atsar diriwayatkan ada satu kaum ingin membedah penetapan kekuasaan Allah ﷻ bersama Imam Abu Hanifah rahimahullah; apakah benar di dunia ini ada Tuhan yang berkuasa dan mengatur alam semesta ini atau alam semesta ini ada dengan sendirinya?
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata pada mereka, "Sebelum kita bahas permasalahan ini, beritahu aku dulu pendapatmu tentang sebuah perahu di sungai Dajlah yang pergi mengangkut makanan dan hal lainnya dengan sendirinya, lalu kembali dengan sendirinya, berlayar dan kembali dengan sendirinya, pokoknya setiap hal dilakukan dengan sendirinya tanpa ada yang mengendalikan!"
Maka, mereka menjawab, "Hal ini tentu mustahil selama-lamanya!". Imam Abu Hanifah menjawab, "Apabila hal ini saja tidak mungkin terjadi dalam perahu, lalu bagaimana lagi dalam semesta alam ini?". Tanda kesempurnaan alam semesta dan detailnya penciptaan merupakan dalil atas keesaan Penciptanya. [11]
========================
- [1] Khalid al-Juhani, al-Kalimat as-Sadidah (Kairo: Darut Taqwa, 2016), hlm. 100
- [2] Ibid, hlm. 101
- [3] Ibid.
- [4] QS. Luqman [31]: 10
- [5] QS. Ali Imran [3]: 26
- [6] HR. Abu Daud No. 4172
- [7] HR. Tirmidzi No. 2440
- [8] QS. adz-Dzariyat [51]: 21
- [9] QS. asy-Syams [91]: 7
- [10] Abdul Aziz Alu Syaikh dkk, Kitab Ushul al-Iman (Kairo: ad-Dar al-'Alamiyyah, 2012), hlm. 12-13.
- [11] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar